Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tragedi Sunda-Jawa Yang Amis




Jotako7Post-Alkisah ada seorang pemuda Jawa tampan datang untuk pertama kali ke rumah calon istrinya yang merupakan keluarga Sunda. Sudah lama pemuda ini kenal dan biasa ngobrol bareng saat masih kuliah dulu di salah satu universitas terkemuka di Jakarta.

Kini mereka berdua baru saja lulus dan si pria Jawa ini hendak silaturrahim ke keluarganya untuk memperkenalkan diri dan tentunya untuk mengobati rasa rindu bertemu calon kekasihnya si  neng gelis asal suku Sunda.

Jauh-jauh hari pria tampan Jawa ini mempersiapkan diri untuk kunjungan perdananya menemui si Camer (calon mertua). Untuk menjaga kebugarannya ia berolah raga teratur, mulai dari lari pagi, push up, angkat barbell, dan aneka jenis olahraga lainnya.

Ia juga mempersiapkan tentengan yang akan dibawanya. Ia mencatat dan menganalisa apa saja makanan yang disukai pasangannya tersebut, dan beberapa perlengkapan pribadi pasangannya yang belum ada, serta oleh-oleh buat orang tuanya.

Setelah merasa keperluannya sudah disiapkan dengan baik, ia kabari si neng gelis lewat sms “neng gelis, sesuk aku kesitu mw maen y, sekalian Pedekate ama camer gt hehee wkwkw ckkak”

“Ooh abang tampan mau ke rumah, Oc dech aing suka, tp jgn lupa oleh2nx ea.” balasnya gesit.

Tanpa pikir lama, pria tampan Jawa ini menjawab “Siapp! 86 neng..”

Kisah ini menjadi sebuah tragedi yang sangat mengesankan dan tak terlupakan. Esok harinya ia berangkat dari rumah, motor Baja Hitam kesayangannya sudah kinclong bak kaca. singkat cerita dengan wajah suka cita penuh semangat di geberlah motornya. berangkat jam 7 sampai rumah si neng gelis jam 10.30 (versi tdk sopan di jalan).

Sesampainya di rumah pasanganya tersebut ia disambut hangat oleh si Camer duluan. disapalah ia dengan hangat berbahasa Indonesia.

“Berangkat jam berapa dari rumah nak?, sok silakan duduk dulu” sapanya.

“Jam tujuh ibu, iyaa haturnuhun” jawabnya mulai bergaya dengan bahasa sunda.

“ooh,, seperti itu. Kamu orang jawa bisa bahasa sunda ya?” Tanya Camer.

Dengan wajah sok gokil ia jawab “uluh uluh, bisa dong bu, si neng mana bu? kok kagak kelihatan” si tampan balik nanya.

“Ia lagi di warung sebentar, beli kue. Ngomong omong mau minum apa? teh, kopi, atau jus” si Camer menawarkan.

“Kalau seperti itu, teh anget saja bu coz saya suka ngeteh”

“iya iya iya, sebentar ya”

Selang 7 menit kemudian, teh hangat buatan ibu mertua ini sudah di hadapannya dipersilahkanlah untuk diminum “Sok atuh diminum nak”.

Si tampan dengan senyuman lebar mengiyakan, dan diseruputlah teh tersebut.

“Tehnya amis?” Tanya camer.

“Tidak atuh ibu” jawabnya si tampan asal Jawa ini.

“Oooh, seperti itu ya, sini sini biar ibu ganti” reflek si Camer. Kemudian Camer kembali ke dapur membuat teh hangat lagi, yang tadinya satu sendok kini 2 sendok. kemudian dikasihkan kembali dan disuruh untuk dicoba kembali sama si tampan Jawa.

Setelah dicoba, si Camer bertanya lagi “gimana atuh tehnya, amis?” tanyanya. Si tampan Jawa kembali menjawab “Tidak” kini ekspresinya melongo.

Tanpa lama-lama, si camer kembali ke dapur dan menambahkan 2 sendok gula di teh hangat tersebut. Setelah dihidangkan dan dicoba oleh si tampan, camer tak lupa untuk menanyakan lagi “udah amis” sama seperti jawaban dan ekspresi sebelumnya, si tampan menjawab “tidak”.

Kembalilah si Camer ke dapur guna menambahkan gula, kini ditambahkan lagi gula 3 sendok. Jadi total gulanya ada 7 sendok. Gak lama-lama lagi ia memberikan pada si tampan Jawa. Namun baru mau diseruput, si neng gelis datang.

“Assalamu’alaikum. waah Aa dah sampai ya.. Apa kabar?” sapanya.

Si tampan menjawab “Wa’alaikum salam neng, baik” jawabnya dengan senyum lebar.

Neng gelis langsung duduk disamping ibunya. Melihat sudah ada teh di depan si tampan. Ia mempersilahkan tehnya diminum. “Sok atuh tehnya diminum dulu,pasti Aa capek di perjalanan. nah, ini teh kue bolu sama jenang dodol bisa jadi teman ngeteh Aa”

Usai di coba lagi tehnya, si Camer menanyakan yang kesekian kalinya “gimana tehnya, Amis?” dan si Tampan kini menjawab dengan penuh melongo bego dan agak menghernyitkan matanya “Tidak, tidak amis

Karena sangat heran dengan keanehan ini, si ibu berbisik pada puterinya “neng, masa ini teh udah ibu kasih 7 sendok gula, kagak amis-amis?, ini gulanya yang gak amis atau temen kamu yang lagi sakit? sok, sono kamu coba” pintanya.

Si neng gelispun mencicipi tehnya, dan berteriaklah dia “Ibuuu,, ini teh gulanya banyak teing, iiih amis pisan”..

si ibu menjawab “haahh, lah ya iya dong, lagian tadi temen kamu ibu tanya apa amis ia jawab kagak, ya ibu tambahin lagi gulanyaa”

Tak mau ketinggalan momen Suheri (suka heboh sendiri), si tampan langsung berkomentar “Amis itu rasa manis ya? saya mah kagak tahu”

Si neng gelis spontan komentar, “jadi gimana sekarang, amis?” tanyanya pada si tampan dengan nada sewot. si tampan menjawab “hehee, jangan sewot atuh neng, iya sudah amis tehnya. apalagi kamu, amis pisan euy” canda si tampan.

Kini sewotnya si neng berubah jadi senyum amis dan menambah gelis dirinya. sementara si ibu berdehem “ehemm ehemm..” pertanda menyindir puterinya tersebut.

Itu merupakan bagian dari penyampaian informasi. Sebagai bagian dari komunikasi ternyata memiliki pengaruh besar dalam mencapai suatu hasil tertentu yang diinginkan. Prosesnya tidak sederhana, namun terkesan sederhana.

Ayo ketawa, dan tersenyum^_^”
selagi Allah masih menggratiskannya.. hehe wkwkw ckckak..

Sumber: Harisnuyama Pranata
Salam Jotako7Post,
Journal Of Trust And Kaleidoscopic Obsession
Jujur Omongane, Tawadhu’ Akhlake, Kualitas Obrolane.
Ibnu Kharis Go
Ibnu Kharis Go Creativepreneur toward 5.0

Post a Comment for "Tragedi Sunda-Jawa Yang Amis"